Agensi berita Indonesia, Antara semalam melaporkan, bayi lelaki itu berkongsi semua organ penting tetapi mempunyai dua jantung berbeza saiz.
Bayi yang belum diberi nama itu lahir Khamis lalu dengan berat 3.2 kilogram dan kesihatannya baik. Pengarah hospital, Dr. Rasul Alim berkata, memisahkan bayi berkenaan secara perubatan adalah mustahil.
SEORANG jurucakap Hospital Puri Husada memberi taklimat media mengenai kembar Siam dua kepala di Tembilahan, Riau semalam.
"Ini adalah kelahiran bayi kembar Siam pertama di daerah Indragiri Hilir, wilayah Riau," kata Rasul. Kelmarin, Hospital Puri Husada sesak dengan pelawat yang mahu melihat secara dekat bayi istimewa berkenaan. - Agensi
sumber lainnya.
BAYI BERKEPALA DUA:
BAYI BERKEPALA DUA: Bayi berkepala dua saat masih berada di RSUD Puri Husada di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Jumat (24/7). Bayi yang belum sempat diberi nama itu merupakan kembar siam jenis “conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius” yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu. Bayi tersebut kini dalam kondisi kritis dan mendapat perawatan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Pekanbaru (SIB)
Kelahiran bayi berkepala dua di Riau merupakan kasus langka. Malahan, bayi yang baru berusia dua hari ini adalah kasus pertama di Indonesia. Bayi malang ini kini di rawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
“Kelahiran bayi ini termasuk golongan langka, malah ini merupakan pertama kali di Indonesia. Kini bayi itu tengah kita rawat intensif untuk melakukan analisis untuk mengetahui jantung dan parunya satu atau dua,” ujar salah satum medis yang menangani bayi tersebut, Dokter Spesialis Anak, Tubagus Odih, Sabtu (25/07).
Tubagus menjelaskan, setiap kelahiran satu bayi kembar siam, sebanding dengan 500 ribu kelahiran bayi normal. Dari kembar siam yang pernah ada, kondisi layak bayi seperti itu hanya ada 8 persen.
“Karena itu kita menyebut kasus ini sangat langka,” jelas Tubagus.
Secara umum, kondisi bayi yang belum memiliki nama itu memiliki kadar oksigen di dalam tubuh di bawah 90 dari normal di atas 95.
Pernafasannya harus dibantu dengan alat. Kalau tidak, bayi ini tidak nyaman dan selalu menangis,” jelasnya.
Bayi ini anak pertama pasangan Badrun, 33 dan Nurhayati, 23, ini lahir di RSUD Puri Husada Tembilahan Indragiri Hilir, pada Kamis, (23/7) sekitar pukul 20.00 Wib. Bayi yang lahir dengan operasi cesar ini memiliki berat badan sekitar 3,2 kg dan panjang sekitar 43 cm.
“Kita sudah melakukan observasi terhadap bayi itu. Rontgen sudah kita lakukan terhadap bayi itu, namun kita belum dapat memastikan jumlah jantung dan paru-parunya apakah dua atau satu. Untuk memastikan semua itu kita masih membutuhkan penanganan dan analisis lebih lanjut,” ujar Ketua Tim Dokter RSUD Pekanbaru, Riza Iriani Nasution kepada wartawan di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Sabtu (25/7).
Bayi ajaib itu memiliki empat lengan serta dua tulang belakang.
Padahal pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23) harus menunggu waktu sembilan tahun demi mendapatkan buah hati. Dengan satu tubuh dua kepala itu, bayi ini memiliki satu rongga dada.
“Dari RS Husada (Puri Husada Tembilahan Indragiri Hilir) bayi itu dirujuk ke tempat kita. Baru tadi malam bayi ini kita rawat intensif,” kata Riza.
KONDISI BAYI BERKEPALA DUA KRITIS
Bayi berkepala dua asal Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, kini dalam kondisi kritis dan nyawanya sangat bergantung pada alat bantu pernafasan khusus.
Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang dihadiri oleh enam anggota tim dokter spesialis dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Sabtu.
“Kondisi bayi sangat buruk,” kata dokter spesialis anak, dr. Nazardi Oyong, S.Ked, SpA.
Menurut Nazardi Oyong, kondisi umum bayi tersebut mengalami gangguan pernafasan meski suhu badan dan respon rangasangan masih normal.
Gangguan pernafasan disebabkan kadar oksigen di dalam darah di bawah batas normal yang seharusnya 95-100 persen. Karena itu, tim dokter terpaksa harus memasangkan alat bantu pernafasan khusus (CPAP) kepada sang bayi.
“Tanpa alat bantu pernafasan itu, pernafasan bayi langsung memburuk dan tubuh membiru,” katanya.
Dokter spesialis jantung, dr Diah Siswanti E, Sp.JP mengatakan bahwa buruknya kondisi bayi mengakibatkan tim dokter sulit melakukan observasi organ tubuh bagian dalam.
Ia mengatakan tim dokter baru bisa melakukan rontgen dari seharusnya dilakukan CT Scan. Akibatnya, tim dokter belum bisa memastikan jumlah jantung, paru-paru, hati dan limpa.
“Bayi belum bisa dipindahkan dari ruang perimatologi untuk digunakan CT Scan,” ujar Diah Siswanti.
Dokter spesialis bedah anak, dr Tubagus Odih, spBA menambahkan, tim dokter baru bisa memberikan pelayanan untuk menjaga kelangsungan hidup untuk sang bayi.
Meski begitu, lanjutnya, bayi tersebut dipastikan tidak bisa untuk dilakukan operasi pemisahan kepala.
Sebabnya, bayi yang belum sempat diberi nama itu merupakan kembar siam jenis “conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius” yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu.
Namun, secara kasat mata bayi tersebut terlihat memiliki tiga tangan dengan satu tangan yang berada di antara dua leher berukuran lebih kecil.
“Sudah final bayi kembar siam ini tidak mungkin dipisahkan karena meski memiliki dua kepala, namun semua organ tubuhnya kemungkinan hanya ada satu buah,” katanya.
Biaya Perawatan Ditanggung RSUD Arifin Achmad
RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru akan menanggung seluruh biaya yang dikeluarkan dalam merawat bayi berkepala dua. RS mengeluarkan kebijakan ini karena kedua orang tua bayi berasal dari kalangan bawah.
Hal itu disampaikan Direktur RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Yulwiriati Moese kepada wartawan, Sabtu (25/07).
“Orangtuanya sudah kita suruh mengurus surat miskin. Dengan demikian, segala biaya yang ditimbulkan akan menjadi tanggungan pihak rumah sakit dalam hal ini pemerintah daerah,” kata Yulwiriati.
Delapan Dokter Spesialis Diterjunkan Tangani Bayi
Pihak RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru sedang merawat secara intensif bayi berkepala dua. Pihak RS menerjunkan 8 dokter spesialis untuk melakukan perawatan.
Tim itu terdiri dari, Direktur RSUD Arifin Ahcmad, Yulwiriati Moese, Direktur Medik dan Keperawatan dr Riza Iriani Nasution SpA, spesialis anak dr Nazardi Oyong, Harry Mangunsong dan dr Dewi Anggraini, spesialis jantung dr Diah Siswanti, spesialis bedah anak dr Tubagus Odih, dan Andreas Makmur spesialis Radiologi.
“Tim ini akan bekerja maksimal untuk menangani bayi tersebut,” kata ketua tim, Yuliwiriati.
Hingga saat ini, hasil rontgen untuk mengetahui jumlah jantung dan paru-paru yang dimiliki bayi tersebut belum juga keluar. Namun besar dugaan, bayi tersebut memiliki dua buah jantung.
Meski begitu, salah satu jantungnya kemungkinan tidak akan berkembang dengan sempurna. Bila kondisi itu terjadi, saat ini hanya ada satu jantung yang menghidupi ‘dua orang’.
“Dengan demikian hampir dapat dipastikan bayi ini menderita kelainan jantung bawaan,” jelas pakar jantung, Diah. (detikcom/Ant/d)